Infeksi Saluran Kemih
Beberapa masalah klinis yang terkait dalam infeksi
saluran kemih (ISK) adalah peradangan uretra (urethritis),
ka n d u n g ke m i h (cystitis), pada ginjal
dan pelvis renis (pyelonephritis), prostat (prostatitis),
bakteriuria asimtomatik dan infeksi saluran kemih
berulang (recurrent urinary tract infection). Infeksi
pada saluran kemih dapat disebabkan oleh : bakteri,
jamur atau parasit. Sebagian besar ISK disebabkan
oleh bakteri, terutama Eschericia coli (sekitar 80 %
kasus) dan Staphylococcus saprophytic us (sekitar
10%).
Pada kejadian infeksi berulang atau dengan
adanya faktor penyulit lain (misalnya kateterisasi atau
alat bedah lainnya), bakteri penyebabnya tidak hanya
E coli tetapi bisa juga disebabkan oleh Proteus,
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas
aeruginosa; Staphylococcusaureus dan Enterococcus.
Di rumah sakit, kejadian bakteremia
nosokomial karena ISK adalah 73 dari 100.000
pasien.
lnfeksi jamur pada traktus urogenitalis terutama
dijumpai pada kandung kemih dan ginjal. Jamur
penyebab biasanya Candidaspp, jamur yang lain
misalnya Cryptococcus neorormans, Aspergillus
spp., Mucoraceae spp., Histoplasmosis;
Blastomycosis, Coccidioidomycosis. 1SK bagian
bawah yang disebabkan Candida terutarna karena
pemakaian kateter urin.
Infeksi parasitik, misalnya Filariasis, Trichomoniasis
d a n Schistosomiasis. Trichomoniasis
merupakan penyebab vaginitis yang umum pada wanita
dan dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis pada
pria.
Bakteri dapat memasuki saluran kemih melalui tiga
cara: ascending(ke atas), hematogenous/descending
(ke bawah) dan melalui jalur limfatik. Infeksi ginjal
secara hematogenous jarang ditemui; demikian juga
dengan jalur limfatik.
Bila terjadi infeksi bakteri saluran kemih bagian
bawah, minimal satu kali pada pria atau lebih dari
dua kali pada wanita maka harus dipertimbangkan
untuk memeriksa saluran kemih secara keseluruhan
(uretra, kandung kemih, ureter, ginjal atau prostat).
Penatalaksanaan ISK baik pemilihan antimikroba
maupun lamanya pengobatan sangat bervariasi
tergantung pada jenis mikroba penyebabnya. Oleh
karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan kultur
dan tes sensitivitas contoh win penderita pada waktu
menegakkan diagnosis dan juga setelah terapi selesai
dilakukan.
Untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang,
pada bebera pa pasien diberi pengobatan profilaksis,
tetapi pemakaian antimikroba secara terus menerus
dapat menyebabkan resistensi mikroba. Untuk
mengatasi hal tersebut antimikroba, diberikan secara
bergantian, misalnya satu bulan terapi dengan cotrimoxazole,
dilanjutkan dengan pemakaian nitrofurantoin
selama satu buian, kemudian satu bulan
berikutnya dengan ciprofloxacin dan seterusnya. (fa)
No comments:
Post a Comment