JAKARTA, RABU- Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan          gangguan ginjal, merusak kerja mata, menimbulkan kelainan atau gangguan          kerja otak, sehingga dapat menghambat pemanfaatan kemampuan intelijensia          secara optimal. Padahal, hipertensi sebenarnya bisa dicegah jika faktor          risikonya dapat dikendalikan dengan memodifikasi gaya hidup. 
 
''Salah satu cara mencegah hipertensi adalah mengurangi asupan garam,''          kata ahli jantung dr A Sari S Mumpuni SpJP dari Rumah Sakit Mitra          Keluarga Kelapa Gading, dalam seminar sehari bertema ''Pengendalian          Hipertensi Berhubungan dengan Stres dan Intelijensia untuk Hidup          Meningkatkan Produktivitas'', Rabu (2/7), di Gedung Serbaguna Departemen          Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan. 
 
Selain mengurangi asupan garam, pencegahan hipertensi juga bisa          dilakukan dengan memperbanyak konsumsi makanan berserat seperti          buah-buahan dan sayuran, menghindari konsumsi alkohol secara berlebihan.          ''Kegemukan atau obesitas juga meningkatkan risiko terkena serangan          hipertensi. Karena itu, jaga berat badan seimbang, sebaiknya disertai          berolah raga secara rutin dan menjaga asupan makanan bergizi seimbang,''          ujarnya menambahkan. 
 
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, data pola          penyebab kematian umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah          dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia. Gangguan          jantung dan pembuluh darah sering berawal dari hipertensi. ''Tekanan          darah tinggi bisa dicegah jika faktor risikonya dikendalikan dengan          mendorong kemandirian rakyat untuk hidup sehat,'' kata Sekretaris          Jenderal Depkes Sjafii Ahmad. 
 
''Deteksi dini bagi mereka yang belum teridentifikasi dan kepatuhan          minum obat bagi yang sudah terkena hipertensi adalah kunci pengendalian          hipertensi,'' kata Sjafii menambahkan. Agar anggota masyarakat dapat          menjaga diri dari hipertensi, faktor risiko perlu dikendalikan. Salah          satunya, dengan mengendalikan stres yang berdampak besar pada penurunan          tekanan darah. 
 
Dari pemeriksaan kesehatan terhadap 500 pegawai Depkes, terdeteksi bahwa          99 orang menderita hipertensi. Prevalensinya di Indonesia diperkirakan          mencapai 17-21 persen dari populasi, dan kebanyakan tidak terdeteksi          karena manusia dapat mengalami gangguan hipertensi tanpa merasakan          gangguan atau gejalanya. Menurut Badan Kesehatan Dunia, dari 50 persen          penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25 persen yang mendapat          pengobatan, dan Cuma 12,5 persen dapat diobati dengan baik. 
 
Sari menjelaskan, sekitar 90 persen atau lebih penderita hipertensi          tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipertensi merupakan penyakit primer.          Sedangkan sisanya 10 persen atau kurang adalah penderita hipertensi yang          disebabkan penyakit lain seperti penyakit ginjal dan beberapa gangguan          kelenjar endokrin tubuh. Keadaan ini disebut hipertensi sekunder. ''Menurut         Joint National Committee on Hypertension (JNC0), normalnya,          tekanan darah sistolik kurang dari 120 mm Hg dan diastolik kurang dari          80 mm Hg,'' ujarnya menegaskan. 
 | 
No comments:
Post a Comment