Friday 4 June 2010

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

Beberapa masalah klinis yang terkait dalam infeksi

saluran kemih (ISK) adalah peradangan uretra (urethritis),

ka n d u n g ke m i h (cystitis), pada ginjal

dan pelvis renis (pyelonephritis), prostat (prostatitis),

bakteriuria asimtomatik dan infeksi saluran kemih

berulang (recurrent urinary tract infection). Infeksi

pada saluran kemih dapat disebabkan oleh : bakteri,

jamur atau parasit. Sebagian besar ISK disebabkan

oleh bakteri, terutama Eschericia coli (sekitar 80 %

kasus) dan Staphylococcus saprophytic us (sekitar

10%).

Pada kejadian infeksi berulang atau dengan

adanya faktor penyulit lain (misalnya kateterisasi atau

alat bedah lainnya), bakteri penyebabnya tidak hanya

E coli tetapi bisa juga disebabkan oleh Proteus,

Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas

aeruginosa; Staphylococcusaureus dan Enterococcus.

Di rumah sakit, kejadian bakteremia

nosokomial karena ISK adalah 73 dari 100.000

pasien.

lnfeksi jamur pada traktus urogenitalis terutama

dijumpai pada kandung kemih dan ginjal. Jamur

penyebab biasanya Candidaspp, jamur yang lain

misalnya Cryptococcus neorormans, Aspergillus

spp., Mucoraceae spp., Histoplasmosis;

Blastomycosis, Coccidioidomycosis. 1SK bagian

bawah yang disebabkan Candida terutarna karena

pemakaian kateter urin.

Infeksi parasitik, misalnya Filariasis, Trichomoniasis

d a n Schistosomiasis. Trichomoniasis

merupakan penyebab vaginitis yang umum pada wanita

dan dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis pada

pria.

Bakteri dapat memasuki saluran kemih melalui tiga

cara: ascending(ke atas), hematogenous/descending

(ke bawah) dan melalui jalur limfatik. Infeksi ginjal

secara hematogenous jarang ditemui; demikian juga

dengan jalur limfatik.

Bila terjadi infeksi bakteri saluran kemih bagian

bawah, minimal satu kali pada pria atau lebih dari

dua kali pada wanita maka harus dipertimbangkan

untuk memeriksa saluran kemih secara keseluruhan

(uretra, kandung kemih, ureter, ginjal atau prostat).

Penatalaksanaan ISK baik pemilihan antimikroba

maupun lamanya pengobatan sangat bervariasi

tergantung pada jenis mikroba penyebabnya. Oleh

karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan kultur

dan tes sensitivitas contoh win penderita pada waktu

menegakkan diagnosis dan juga setelah terapi selesai

dilakukan.

Untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang,

pada bebera pa pasien diberi pengobatan profilaksis,

tetapi pemakaian antimikroba secara terus menerus

dapat menyebabkan resistensi mikroba. Untuk

mengatasi hal tersebut antimikroba, diberikan secara

bergantian, misalnya satu bulan terapi dengan cotrimoxazole,

dilanjutkan dengan pemakaian nitrofurantoin

selama satu buian, kemudian satu bulan

berikutnya dengan ciprofloxacin dan seterusnya. (fa)

No comments:

Post a Comment