Friday 4 June 2010

Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus DM

Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Menurut WHO, definisi diabetes melitus

didasarkan pada pengukuran kadarglukosa dalam

darah. Dari definisi ini didapatkan dua kelompok,

yaitu kelompok diabetes melitus tipe 1 yang tergantung

insulin clan kelompok diabetes tipe 2 yang tidak

tergantung insulin.

Transportasi glukosa dan peran insulin

Glukosa masuk ke dalam sel dapat melalui dua

cara, difusi pasif clan transport aktif. Secara difusi

pasif, masuknya glukosa tergantung pada perbedaan

konsentrasi glukosa antara media ekstraseluler clan

di dalam sei. Secara transport aktif, insulin berperan

sebagai fasilitator pada jaringan jaringan tertentu.

Insulin merupakan hormon anabolik utama yang

meningkatkan cadangan energi. Pada semua sel,

insulin meningkatkan kerja enzim yang mengubah

glukosa menjadi bentuk cadangan energi yang lebih

stabil (glikogen).

Kekurangan insulin pada jaringan yang

membutuhkannya (jaringan adipose, otot rangka, otot

jantung, otot polos) dapat mengakibatkan sel

kekurangan glukosa sehingga sel memperoleh energi

dari asam lemak bebas clan menghasilkan metabolit

keton (ketosis). Pada jaringan yang tidak

membutuhkan insulin (hati, saraf, otak, ginjal, mata

dan saluran pencernaan), kondisi hiperglikemia ini

menyebabkan sel menerima glukosa terlalu banyak

dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi.

Diabetes melitus Tipe 2

Pada penderita DM tipe 2, terdapat tiga kondisi

abnormal yang mungkin dimiliki. Pertama, mutlak

kekurangan insulin dalam arti sekresi hormon insulin

berkurang karena kerusakan sel-sel beta pankreas.

Kedua, relatif kekurangan insulin dimana sekresi

insulin tidak mencukupi dengan adanya kebutuhan

metabolisme yang meningkat (misalnya pada pasien

yang kelebihan berat badan). Ketiga, resisten

terhadap insulin clan hiperinsulinemia karena

penggunaan insulin perifer yang kurang sempurna.

Sekitar 75 % penderita DM tipe 2 mempunyai

kelebihan berat baclan clan pada seperempat

penderita diabetes, hiperglikemia yang dideritanya

cukup diatasi dengan menurunkan berat badan. Di

Indonesia lebih jarang dijumpai penderita diabetes

melitus dengan kelebihan berat badan.

Diabetes melitus tipe 2 tidak sama dengan sindrom

X. Sindrom X dan diabetes tipe 2, keduanya

mempunyai cacat pada jaringan otot dan adipose,

yaitu resistansi insulin. Meskipun demikian, hanya

sejumlah kecil penderita resistansi insulin (sindrom X)

yang berkembang menjadi diabetes tipe 2, hal ini

terjadi bila penderita tersebut tidak dapat mensekresi

insulin dalam jumlah besar sehingga terjadi

hiperglikemia (peningkatan kadar gula dalam darah).

Resistansi insulin adalah ketidakmampuan insulin

dalam mengatur transport glukosa dari darah ke

dalam sel. Penyebab resistansi insulin belum

diketahui, tetapi ada sesuatu yang menarik, yaitu

hubungannya dengan faktor genetik clan gaya hidup.

(fa)

No comments:

Post a Comment