Friday 4 June 2010

ANTI BAKTERI

Antibakteri

Pengertian Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri
atau menekan pertumbuhan atau reproduksi mereka. Oleh karena itu, kelompok obat ini hanya
berguna untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sampai saat ini, antibakteri masih merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan. Menurut Center for Disease Control and Prevention, sekitar 150 juta resep antibakteri ditulis di Amerika Serikat setiap tahun. Di Indonesia, kurang lebih sepertiga pasien rawat inap mendapat terapi antibakteri dan menurut perkiraan, biaya pengobatan ini dapat mencapai 50% dari anggaran untuk obat di rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gonzales menunjukkan bahwa dari seluruh antibakteri oral yang diresepkan di Amerika serikat, hanya 30% yang digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri, sedangkan lebih dari separuhnya digunakan untuk pengobatan infeksi yang tidak disebabkan oleh bakteri. Penggunaan obat yang berlebihan dan tidak tepat guna ini dapat
(i) meningkatkan risiko terjadinya superinfeksi dan efek samping antibakteri, (ii) meningkatkan biaya pengobatan,
(iii) memperpanjang lama penggunaan antibakterisebagai akibat dari pengobatan yang kurang optimal,
(iv) meningkatkan lama perawatanpenderita di rumah sakit sebagai akibat dari reaksiobat yang tidak dikehendaki atau komplikasi clan
(v) menimbulkan resistensi antibakteri, sepertimethicillinresistant staphylococcus aureus

(MRSA) dan vancomycin-resistant enterococci(VRE), yang akhir-akhir ini menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius.Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk
mempromosikan penggunaan antibakteri yangefektif, aman, rasional dan terjangkau oleh
masyarakat adalah menyusun dan mengikuti'pedoman dan petunjuk klinis peresepan antibakteri yang didasarkan pada bukti ilmiah. Interaksi Obat Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efiek satu obat akibat obat lain yang diberikan sebelumnya atau bersamaan; atau apabila dua obat atau lebih berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih menjadi berubah. Jika kombinasi terapeutik tersebut mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan atau komplikasi pada kondisi pasien, maka interaksi tersebut merupakan interaksi yang bermakna secara klinis. Untuk mencegah interaksi obat, dokter clan farmasis harus waspada terhadap semua obat yang digunakan oleh pasien. Apabila terjadi interaksi obat, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(i) hindari kombinasi penggunaan obat yang berinteraksi dan bila perlu pertimbangkan untuk memakai obat pengganti,
(ii) sesuaikan dosis obat pada saat memulai atau menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan interaksi,
(iii) pantaukondisi klinis pasien clan bila perlu ukur kadar obatdalam darah,
(iv) lanjutkan pengobatan seperti
sebelumnya bila kombinasi obat yang berinteraksitersebut merupakan pengobatan yang optimal ataubila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.
(lyn)

ISI ARTIKEL SECARA LENGKAP BISA DIPEROLEH DI DAVA INC

Kepustakaan

1. Aslam M, Tan CK, Prayitno A. Farmasi Klinis - Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
Universitas Surabaya; 2003.
2. Reese RE, Betts RF, Gumustop B. Handbook of Antibiotics. 3rd ed. 9 Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2000.
3. Sweetman SC. The Complete Drug Reference. London: The Pharmaceutical Press; 2002.
4. Hull SD. Medicines for Children. London: RCPCH Publications Limited; 1999.
5. Mehta DK, Martin J, Jordan B, Blackley HKL, Coleman SG, Donyai P, et al. British National Formulary. 46th ed. London: The
British Medical Association - The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain; 2003.
6. Cunha BA. Antibiotic Resistance. Medical Clinics of North America 2000; 84: 140729

No comments:

Post a Comment